LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERI
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pseudomonas sp. merupakan suatu bakteri terdiri dari sejumlah kuman batang
negatif Gram yang tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan air. Habitat
alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat organik.
Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya adalah
fakultatif khemolitotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber
karbon. Katalase positif. Ada yang
patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi kedua-duanya.
Kebanyakan spesies Pseudomonas tidak
menyebabkan infeksi pada manusia, tetapi kuman ini penting karena bersifat
oportunis patogen, dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan ketahanan
tubuh yang menurun. Bakeri dapat menghasilkan enzim yang berguna bagi tubuh.
Salah satunya yaitu enzim amilase dari bakteri Pseudomonas sp. (Deshwal, 2013: 53).
Penggunaan enzim amilase pemecah
pati akan menurunkan tingkat konsumsi energi dalam proses hidrolisis sehingga
akan menurunkan biaya produksi. Enzim ini yang paling banyak dikembangkan yaitu
enzim yang berasal dari mikroba. Seperi dari bakteri Pseudomonas sp. Beberapa keunggulan dari enzim amilase adalah waktu
produksi cepat, proses mudah dimodifikasi dan tidak memerlukan tempat yang luas
(Nangin, 2015: 1033). Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah percobaan
ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam percobaan ini yaitu:
1. Bagaimana cara membuat dan
mensterilkan media?
2. Bagaimana cara melakukan peremajaan
bakteri?
3. Bagaimana cara isolasi enzim selulase
dari bakteri termofilik?
4. Bagaimana aktivitas enzim selulase?
C. Tujuan
Tujuan dalam
percobaan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui cara membuat dan
mensterilkan media.
2. Untuk mengetahui cara melakukan
peremajaan bakteri.
3. Untuk mengetahui cara isolasi enzim selulase
dari bakteri termofilik.
4. Untuk mengukur besar aktivitas enzim
selulase.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Bakteri Pseudomonas sp.
Bakteri
umunya uniseluler/sel tunggal, tidak mempunyai klorofil, berkembangbiak dengan
pembelahan sel secara inversal atau biner. Hidup bebas secara kosmopolitan,
khususnya di udara, di tanah, di dalam air, pada bahan makanan, pada tubuh
manusia, hewan maupun tumbuhan. Adapula yang bersimbiosis dengan jasad hidup
lain baik hewan maupun tanaman (Suriawiria, 2008: 8).
Genus Pseudomonas adalah Gram-negatif
batang aerobik motil
yang tersebar luas di seluruh alam dan ditandai
dengan fleksibilitas metabolisme
yang tinggi, adanya sistem enzim yang rumit seperti klasifikasi fluorescent pseudomonad dan membuat
populasi dominan di
tanah seperti Agrobacterium, Arthrobacter, Azotobacter,
Azospirillum, Bacillus, Burkholderia, Caulobacter, Chromobacterium, Erwinia, Flavobacterium, Micrococcous, Pseudomonas dan Serratia. Strain Pseudomonas menghasilkan
berfluoresensi di bawah sinar UV dikenal sebagai Pseudomonas fluorescent. Bakteri ini bermanfaat untuk
menghasilkan warna alami. Strain ini
ditandai dengan uji biokimia. Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa (P.
Alcaligenes, P. Borbori, P. Straminea) yang bermanfaat sebagai bakteri gram
negatif namun merupakan bakteri yang sangat berbahaya dan klasifikasi Pseudomonas clrhoraphis (P. fragi, P.
Aurantiaca) (Deshwal, 2013: 53).
B. Media
Bakteri
|
Berdasarkan fungsi atau sifatnya beberapa macam medium, antara
lain medium umum, medium selektif dan medium diferensial. Berdasarkan komposisi
kimianya, dikenal medium alami, medium semi sintetik, dan medium sintetik
(Yanti, 2011: 1).
Medium untuk
pertumbuhan bakteri diharapkan merupakan medium yang memungkinkan isolat dapat
tumbuh dengan baik dan memberikan penampakan genetik yang maksimum. Menurut
Hidayat (2006: 24), bahwa media yang memberikan produk yang baik adalah:
1.
Kisaran
medium dengan nutrien pembatas berbeda (misalnya C, N, P dan O).
2.
Untuk
tiap tipe nutrien digunakan bentuk-bentuk yang berbeda yang mampu mendukung
pertumbuhan.
3.
Gunakan
polimer atau bentuk kompleks pada nutrien pembatas pertumbuhan.
4.
Hindarkan
bentuk-bentuk yang mudah diasimilasi, seperti karbon (glukosa) atau nitrogen
(NH4+) yang dapat menyebabkan penekanan katabolisme.
5.
Pastikan
kofaktor yang diketahui ada (Co3+, Mg2+, Mn2+
dan Fe2+).
6.
Gunakan
buffer yang dapat meminimalkan perubahan media yang terjadi.
C.
Sterilisasi
Perlu sterilisasi terhadap medium
dan alat-alat yang akan digunakan untuk kegiatan pembiakan bakteri. Sterilisasi
adalah suatu program untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di
dalam suatu benda. Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada sifat bahan yang
akan disterilkan. Cara sterilisasi yang umum digunakan secara rutin ialah
dengan pemanasan. Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut
sterilisasi panas lembab, bila tanpa kelembaban disebut sterilisasi panas
kering atau sterilisasi kering (Yanti, 2011: 1).
Proses
sterilisasi alat bedah umumnya dilakukan berdasarkan pemanasan basah yaitu
autoklafisasi dan pemanasan kering melalui oven. Pemantauan proses sterilisasi
didasarkan dengan tiga cara yaitu secara fisika dengan mengukur temperatur,
tekanan dan waktu (Meliawaty, 2012: 147).
Secara
kimia dengan autoclave tape, sterilization pouch yang
memperlihatkan perubahan warna bila telah tercapai siklus sterilisasi yang
dilakukan; secara biologis dengan menggunakan spore strip atau suspensi
biakan spora; untuk cara autoklafisasi digunakan Geobacillus
stearothermophilus, sedangkan pada sterilisasi dengan oven dipakai Bacillus
atrophaeus (Meliawaty, 2012: 148).
D.
Tahapan Pembiakan Mikroba
Menurut
Hidayat (2006: 25-26), bahwa pembiakan bakteri dapat dilakukan dengan cara
membiakannya pada media sebagai berikut:
1.
Kultur
cair diperkaya
Kultur
diperkaya yaitu tehnik yang berhasil meningkatkan jumlah mikroba yang
diinginkan sehingga menjadi lebih banyak daripada mikroba lain dalam inokulum
asli. Proses yang terjadi menghasilkan populasi campuran dan memberikan kondisi
yang cocok untuk mikroba.
2. Penggunaan medium padat
Medium
padat dapat digunkan untuk memperoleh penghasil enzim tertentu. Teknik ini
biasanya meliputi penggunaan medium selektif yang berhuungan dengan substrat
untuk pertumbuhan yang mendukung tipe penghasil enzim.
Menurut
Hidayat (2006: 4) bahwa mikroba yang baik memiliki beberapa syarat yaitu
sebagai berikut:
1.
Murni,
proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni (dari suatu strain
tertentu) yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar tetap murni
dalam proses maka kondisi lingkungan harus dijaga tetap steril. Penggunaan
inokulum terdiri dari biakan yang murni.
2.
Unggul,
mikroba harus menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat
dan dengan hasil yang besar. Sifat unggul yang ada harus dapat dipertahankan.
3.
Stabil,
mikroba harus memiliki sifat-sifat yang tetap, tidak mengalami perubahan karena
mutasi atau lingkungan.
Enzim
merupakan rantai asam amino yang melipat. Tiap-tiap urutan asam amino
menghasilkan struktur pelipatan dan sifat-sifat kimiawi yang khas. Rantai
protein tunggal kadang-kadang dapat berkumpul bersama dan membentuk kompleks
protein. Kebanyakan enzim dapat mengalami denaturasi (yakni terbuka dari
lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh pemanasan atau denaturasi kimiawi.
Denaturasi ini tergantung pada jenis-jenis enzim dan dapat bersifat reversibel
maupun ireversibel (Baharuddin, 2011: 64).
Fungsi suatu
enzim adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel
maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai
1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan
tanpa katalis. Sehingga enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat
efisien dan mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis
lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia
(Poedjiadi, 2012: 143).
Enzim selulase dapat diproduksi dari
mikroba selulotik baik kapang maupun bakteri, kapang selulotik yang biasa
digunakan dari jenis Trichoderma, Aspergillus, dan Penicillium. Sedangkan
bakteri yang bisa menghasilkan selulase adalah Pseudomonas, Cellulomonas,
Bacillus, Micrococcus, Cellovibrio, dan Sporosphytophaga. Diantara
semua jenis kapang selulotik, Trichoderma reesei adalah kapang yang paling
banyak diteliti karena mampu mensekresikan selulase sekitar 80% (Wahyuningtyas,
2013: 22).
E. Laminar Air Flow
Laminar Air Flow adalah meja kerja steril untuk
melakukan kegiatan inokulasi/ penanaman. Laminar Air Flow merupakan suatu alat yang digunakan dalam pekerjaan
persiapan bahan tanaman, penanaman dan pemindahan tanaman dari sutu botol ke
botol yang lain dalam kultur in vitro. Alat ini diberi nama Laminar Air Flow
Cabinet, karena meniupkan udara steril secara kontinue melewati tempat kerja
sehingga tempat kerja bebas dari, debu dan spora-spora yang mungkin jatuh ke dalam media, waktu pelaksanaan penanaman (Oktaviani,
2014: 1).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.
Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin 8 Juni 2014
Pukul : 13.00 WITA - Selesai
Tempat
: Laboratorium
Biokimia Fakultas Sains dan Teknologi
UIN
Alauddin Makassar
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu Laminar
Air Flow Cabinet, oven, shaker water bath Thermo Scientific MAXQ 7000, autoclave, inkubator,
neraca analitik, hotplate, pipet skala 10 mL, erlenmeyer
250 mL, gelas kimia 250 mL, cawan petri, bunsen, jarum ose dan tabung reaksi.
2.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu alkohol (ROH) 70%, aluminium foil, aquades (H2O),
bacto agar, carboxymethyl cellulose (CMC)
sabun, kalium hidrogen fosfat (KH2PO4), kalsium
klorida (CaCl2), kalium nitrat (KNO3), magnesium
sulfat anhidrat (MgSO4.7H2O), pati, spiritus, tissue dan yeast excstrak.
|
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Sterilisasi
Membungkus
cawan petri dan tabung reaksi menggunakan kertas buram. Kemudian memasukkan
kedalam oven pada suhu 180oC selama 1 jam.
2.
Pembuatan
Media Selulotik
Menimbang
bacto agar 1,25 g, menambahkan CMC 1 g, CaCl2
0,002 g, KH2PO4 0,05 g, KNO3 0,075 g,
MgSO4 0,02 dan yeast ekstrak
0,2 g. Melarutkan dalam 100
mL aquades. Menghomogenkan hingga
bercampur sempurna. Memasukkan
kedalam erlenmeyer.
Mensterilisasi dengan
autoklaf pada suhu 121oC selama 30
menit. Menyimpan dalam laminar air flaw. Melewatkan
tabung reaksi dan mulut erlenmeyer pada pembakar spiritus. Menuangkan
kedalam tabung reaksi. Menyimpan tabung reaksi dalam
keadaan miring. Menuangkan pada cawan petri. Mendiamkan
beberapa saat hingga media memadat. Mencelupkan ose dalam alkohol lalu memijarkan. Meremajakan pada media
selulotik dengan jalur zig-zag. Menginkubator
selama 24 jam pada suhu 37oC.
3.
Pembuatan
Media Inokulum
Menimbang
CMC
1 g, menambahkan CaCl2 0,002 g, KH2PO4 0,05 g, KNO3 0,075 g, MgSO4
0,02 g dan yeast ekstrak 0,2 g. Melarutkan dalam 100 mL aquades. Menghomogenkan hingga
bercampur sempurna. Memasukkan
kedalam erlenmeyer.
Mensterilisasi dengan autoklaf
pada suhu 121oC selama 30 menit. Memindahkan bakteri dari media selulotik. Memasukkan
dalam shaker selama 1x24 jam.
4.
Pembuatan
Media Produksi
Menimbang CMC
2,5000 g, menambahkan CaCl2
0,0101 g, KH2PO4
0,2504 g, KNO3
0,3750 g, MgSO4
0,1214 g dan
yeast ekstrak 1,0011 g. Melarutkan dalam 250 mL aquades. Menghomogenkan hingga bercampur sempurna. Memasukkan
kedalam erlenmeyer.
Mensterilisasi dengan
autoklaf pada suhu 121oC selama 30
menit. Memindahkan bakteri
dari media inokulum. Memasukkan dalam shaker
selama 2x24 jam. Setiap 1x12 jam, bakteri dipindahkan dalam botol UC.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil
Peremajaan
No.
|
Media
|
Perlakuan
|
Hasil
|
|
1.
|
Kultur
|
-
|
-
|
|
2.
|
Selulotik
|
·
- Membuat media
dengan
menimbang dan mencampurkan Bakto agar 1,25 g +
CMC 1 g + CaCl2 0,002 g + KH2PO4 0,05 g +
KNO3 0,075 g + MgSO4 0,02 g + yeast ekstrak 0,2 g dan
melarutkan dalam 100 mL akuades
·
- Mensterilisasi media
·
- Menuang ke
dalam cawan petri
·
Mendinginkan
·
- Melakukan
peremajaan bakteri
·
Menginkubasi
|
Bakteri tidak ada yang tumbuh
|
|
3.
|
Inokulum
|
·
- Membuat media
dengan
menimbang dan mencampurkan CMC 1 g + CaCl2
0,002 g + KH2PO4
0,05 g + KNO3 0,075 g + MgSO4 0,02 g + yeast ekstrak
0,2 g dan melarutkan ke dalam 100 mL akuades.
·
- Mensterilisasi media
·
- Menshaker 1
x 24 jam
·
|
Keruh (ada bakteri yang tumbuh)
|
|
4.
|
Produksi
|
·
Membuat media
dengan
menimbang dan mencampurkan CMC 2,5000 g + CaCl2 0,0101 g + KH2PO4 0,2504 g + KNO3 0,3750 g + MgSO4 0,1214 g + yeast ekstrak 1,0011 g dan melarutkan ke dalam 250 mL akuades.
·
-Mensterilisasi media
·
-Menshaker 4
x 12 jam
·
Setiap 1 x 12
jam dipipet 10 mL ke dalam botol UC
|
Keruh (Ada bakteri yang tumbuh)
|
B.
Pembahasan
Peremajaan biakan dan kultur pada
bakteri Pseudomonas sp. dilakukan
dengan memindahkan atau memperbarui biakan bakteri dari biakan lama ke medium
tumbuh yang baru secara berkala. Teknik peremajaan biakan merupakan cara paling
tradisional yang digunakan untuk memelihara koleksi isolat mikroba. Peremajaan biakan
ini juga bertujuan untuk menyelamatkan isolat dari kontaminasi oleh bakteri
lain dan memberikan penyegaran pada nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
bakteri.
Peremajaan kultur bakteri dilakukan
dengan menggunakan peralatan yang steril. Sterilisasi alat yang tahan panas dilakukan dalam oven
untuk menghilangkan bakteri-bakteri yang menempel dalam alat. Prinsip kerja
alat ini yaitu sterilisasi melalui
mekanisme konduksi panas. Sedangkan alat-alat yang tidak
tahan panas diautoclave untuk menghilangkan bakteri-bakteri yang menempel dalam
alat yang akan digunakan. Prinsip kerja
Autoklaf yaitu mensterilkan dengan memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu terentu pada objek, sehingga terjadi
pelepasan energi dan
uap yang mengakibatkan kematian mikroorganisme secara
irreversible akibat denaturasi atau koagulasi protein dari mikroorganisme dan bekerja hingga suhu 1210C. Media yang digunakan juga perlu
disterilisasi, hal ini bertujuan untuk mensterilkan media sehingga tidak ada
bakteri lain yang tumbuh dalam media yang akan mengganggu pertumbuhan bakteri
yang diinginkan. Medium yang digunakan yaitu medium segar dengan jenis yang
sama seperti medium awal bertujuan untuk mempercepat fase adaptasi dan
mempersiapkan sel pada fase eksponensial.
Bakteri yang berada dalam fase
eskponensial atau tahap propagasi ini mensintesis enzim dan mengatur
aktivitasnya sehingga mampu tumbuh lebih efisien dalam kondisi baru. Peremajaan
juga memberikan nutrisi baru bagi bakteri sehingga sel-selnya dapat tumbuh
sehat. Medium selulotik berisi bacto agar yang merupakan medium umum digunakan
untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni, CMC bertujuan sebagai agar plate, CaCl2 berfungsi untuk
menumbuhkan sel secara kompeten, KH2PO4 berfungsi sebagai
larutan penyangga sehingga media yang akan digunakan tidak terlalu pekat, KNO3
digunakan sebagai sumber nitrogen yang baik untuk bakteri, MgSO4 berfungsi
sebagai sumber sulfur dan magnesium yang baik untuk bakteri dan yeast ekstrak
berfungsi sebagai bahan pertumbuhan khusus untuk bakteri dan akan menggumpalkan
campuran media yang lainnya.
Medium selulotik didinginkan
bertujuan untuk mencegah terbunuhnya bakteri saat proses peremajaan apabila
menggunakan media yang panas. Penuangan media dalam cawan petri bertujuan
sebagai tempat tumbuhnya bakteri. Penggoresan dilakukan dalam laminar airflow
karena alat ini merupakan alat khusus yang digunakan dalam pekerjaan persiapan bahan tanaman,
penanaman dan pemindahan tanaman yang menggunakan aliran udara yang ditarik
dari ruangan menggunakan filter. Hal ini dilakukan dengan menggunakan api agar
tidak ada bakteri asing yang ikut dalam alat ataupun media. Bakteri yang telah
digores pada media dimasukkan dalam incubator bertujuan untuk mengadaptasikan bakteri
pada medianya. Prinsip
kerja alat ini yaitu mengubah energi listrik menjadi energi panas. Kawat
nikelin akan menghambat aliran elektron yang mengalir sehingga mengakibatkan
peningkatan suhu kawat. Media
selulotik ini dapat digunakan pada beberapa bakteri Pseudomonas sp untuk menghasilkan selulosa yang maksimal. Media
selulotik ini tidak diperoleh bakteri. Hal ini disebabkan karena cara
penggoresan yang kurang baik.
Pembuatan media inokulum berfungsi
untuk menghasilkan bakteri Pseudomonas
sp dari biakan awalnya. Pembuatan media ini menggunakan cara sterilisasi yang
sama dengan sterilisasi alat dan media selulotik. Bahan yang digunakan untuk
media ini juga sama, hanya yang membedakannya yaitu pada media inokulum tidak
digunakan bacto agar. Hasil
sterilisasi ini dimasukkan dalam shaker
water bath agar media yang tersebut merata kandungan bahan-bahannya.
Prinsip kerja alat ini yaitu pada saat saklar digeser pada posisi on, maka arus
listrik dari sumber akan memberi suplly
listrik pada heater. Heater yang
diberi arus listrik akan memberikan panas pada alat, suhu semakin tinggi.
Sensor thermostat yang ditempatkan di daerah pemanasan pada waterbath akan ikut menjadi panas dan
memuaikan cairan dalam sensor tersebut. hasil yang diperoleh yaitu larutan
keruh yang menandakan ada bakteri yang tumbuh.
Media
inokulum yang sudah jadi dipindahkan ke media produksi yang telah dibuat
seperti cara yang dilakukan pada media inokulum. Media produksi ini bertujuan
untuk melihat apakah bakteri mampu mengeluarkan enzim selulase. Bakteri yang
telah ditumbuhkan didekantasi menggunakan sentifuge yang prinsip kerjanya
yaitu dimana objek diputar secara horizontal pada jarak radial dari titik
dimana dititik tersebut dikenakan gaya. Filtrat yang diperoleh keruh menandakan
adanya bakteri. Filtrat yang diperoleh dari hasil ini diuji lanjut untuk
mengetahui aktivitas bakteri yang mampu melepaskan enzim selulase. Pertumbuhan
bakteri Pseudomonas sp melalui Pembelahan
biner yaitu pembelahan sel yang dimulai dari prmbelahan inti menjadi 2 dan di
ikuti oleh pembelahan sitoplasma, Pseudomonas
sp. dapat hidup pada kisaran suhu 45-65oC dengan pH maksimum 5,6.
Bakteri ini dapat hidup di luar sel (ekstaseluler) seperti pada jaringan ikat
dan rongga-rongga jaringan. Bakteri Pseudomonas sp. dalam botol ini akan diukur kadar enzim yang dihasilkan yang dilanjutkan
menggunakan metode spektrofotometer UV-VIS.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu:
1. Mensterilkan media dapat
dilakukan dengan cara pemanasan langsung menggunakan oven pada suhu 180 oC.
2.
Proses
peremajaan bakteri dapat dilakukan dengan pembuatan media, yaitu media kultur, selektif,
inokulum dan produksi.
3.
Isolasi enzim sululase dapat dilakukan dengan bakteri
termofil yaitu bekteri Pseudomonas
sp.
4.
Aktivits enzim selulase menandakan bahwa bakteri Pseudomonas sp. termasuk bakteri
ekstraseluler.
B. Saran
Saran untuk percobaan selanjutnya
yaitu sebaiknya menggunakan mikroba berupa jamur penghasil enzim selulase yang
lebih baik seperti Thricoderma sp.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin,
Maswati. Biokimia Dasar. Makassar:
Alauddin Press, 2011.
Hidayat,
Nur, dkk. Mikrobiologi Industri.
Yogyakarta: CV Andi Offeset, 2006.
Meliawaty, Florence. “Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared” Jurnal JKM 11 No. 2 (2012), http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=
rja&uact= 8&ved =0CBw
&url=http%3A%2F%2Fjbkt.ub.ac.id (14
Juni 2015), h. 147-164.
Oktaviani, Dyah Ayu. “Instruksi Kerja
Pemakaian dan Pemeliharaan Laminar Air Flow” (2014), http://mikrovet.pkh.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/
01300- 06220-IK- LAF.pdf (14 Juni
2015), h. 1-3.
Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 2012.
Suriawiria,
Unus. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar
Pengolahan Buangan secara Biologis. Bandung: PT. Alumni, 2008.
VK,
Dehswal, dkkences. “Isolation and Characterization of Pseudomonas Strain from
Potatoes Rhizophere at Dehradun Valley, India” International Journal of Basic and Aplied Scieces 2 No. 2 (2013), http://Repository. Usu. Ac. Id/
Bitstream/ 1234 56789/15815/1/Skm-Agu2005 %20 %28 9% 29. Pdf
(10 Juni 2015): 53-58.
Wahyuningtyas, Puspita. “Studi Pembuatan Enzim Selulase Dari Mikrofungi Trichoderma
reesei Dengan Substrat Jerami Padi Sebagai Katalis Hidrolisis Enzimatik Pada
Produksi Bioetanol” Jurnal Bioproses Komoditas Tropis 1 No. 1 (2013), http:// www. google.
com/url?sa= t&rct=j&q= &esrc=s&source=
web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved.pdf (14 Juni 2015), h. 21-25.
Yanti, Hamdiyati. “Pembuatan Media Agar Dan Sterilisasi”
Jurnal Pendidikan Biologi (2011), http://File. Upi. Edu/ Direktori/ FPMIPA/
196611031991012-Yanti_Hamdiyati/ Pembuatan_Media%26 pembiakan_ Mikroba. Pdf (14 Juni 2015), h. 1-4.
Komentar
Posting Komentar