ANODASI ALUMINIUM - LAPORAN PRAKTIKUM


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Beberapa metode pelapisan logam, diantaranya pencelupan panas (hot dipping), penyemprotan dan elektroplating. Prinsip dasar elektroplating adalah penempatan ion-ion logam yang ditambah elektron yang berasal pada larutan elektolit logam yang dilapisi. Ion-ion tersebut didapat dari anoda dan elektron berasal dari larutan elekrolit yang digunakan. Anoda dan katoda terendam dalam larutan elektrolit. Ion logam akan melepaskan ion dari anoda dan ion yang terlepas akan menempel pada katoda.[1]
Aluminium merupakan logam yang biasa dijumpai dalam kerak bumi dan terdapat dalam batuan seperti felspar dan mika. Kandungan yang mudah diperoleh yaitu oksida terhidrat seperti bauksit, Al2O3.nH2O, dan kryolit, Na3AlF6. Aluminium dibuat dalam skala besar dari bauksit, Al2O3.nH2O yang kemudian tahan terhadap proses korosi karena lapisan oksida yang kuat dan liat terbentuk pada permukaannya. Lapisan-lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan secara elektrolitik pada aluminium yang merupakan proses anodasi.[2]
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah percobaan anodasi aluminium untuk melindungi logam aluminium dengan mempertebal lapisan oksidanya melalui proses anodasi.
B.  Rumusan Masalah
              Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana cara melindungi aluminium dengan mempertebal lapisan oksidasinya melalui proses anodasi?

C. Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini yaitu melindungi aluminium dengan mempertebal lapisan oksidasinya melalui anodasi.


[1]Setyowati, Pengaruh Rapat Arus Terhadap Ketebalan Dan Struktur Kristal Lapisan Nikel Pada Tembaga, Indonesian Journal of Applied Physics 2 No.1 (2012), h. 1-2.
           [2]Cotton F. Albert dan Geoffrey Wilkinson. Basic Inorganic Chemistry, terj. Sahati Suharto. Kimia Anorganik Dasar (Jakarta: UI-Press, 1989), h. 287.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Sel Elektrolisis
Aspek ganda sel elektrokimia (galvani dan elektrolisis) setelah disadari penemuan tersebut pada tahun 1800 oleh Alessandro Volta. Volta membuat sebuah aki yang terdiri dari sebuah lembaran perak dan seng yang dipisahkan satu sama lainnya oleh lembaran kertas yang berpori yang dibasahi oleh larutan garam.[1]
Sel elektrolisis adalah sel di mana energi listrik digunakan untuk berlangsungnya suatu reaksi kimia. Sel ini merupakan kebalikan dari sel galvanik. Elektro motive  force (e.m.f.) yang diperlukan untuk berlangsungnya proses ini akan sedikit lebih tinggi daripada e.m.f. yang dihasilkan oleh reaksi kimia dan dapat berasal dari lingkungan. Reaksi kimia spontan menghendaki  menjadi negatif. Apabila elektro motive  force (e.m.f.) sel adalah positif, maka ini adalah sel galvanik. Kesetimbangan akan terjadi bila dan E sama dengan nol. Reaksi dengan nilai E yang lebih positif akan terjadi lebih dahulu daripada reaksi-reaksi dengan e.m.f yang kepositifannya jauh lebih rendah.[2]
Elektrolisis merupakan suatu proses di mana reaksi kimia pada elektroda yang tercelup dalam elektrolit, ketika tegangang diterapkan terhadap elektroda itu. Elektroda yang bermuatan positif disebut kanoda dan elektroda yang bermuatan negatif disebut anoda. Elektroda seperti platina yang hanya mentransfer elektron ke dan dari larutan disebut elektrolisis enert. Elektroda reaktif adalah elektroda yang secara kimia memasuki reaksi elektroda. Selama elektrolisis, terjadi reduksi pada anoda dan yang menghilangkan pada katoda.[3]
Elektrolisis berlawanan dengan reaksi redoks spontan, yang menghasilkan perubahan energi kimia menjadi energi listrik. Elektrolisis adalah proses yang menggunakan energi listrik agar energi kimia non-spontan dapat terjadi. Sel galvani merupakan alat yang digunakan untuk melaksanakan elektrolisis. Asas yang mendasari tiga contoh elektrolisis yang dan proses yang berlangsung berdasarkan asas tersebut, kemudian akan melihat aspek-aspek yang kuantitatif dan elektrolisis.[4]

B.  Sel Volta
Sel volta terdiri dari dua setengah sel, tidak mungkin untuk mengukur potensial suatu setengah sel tunggal, yang biasa dilakukan adalah mengukur potensial antara dua setengah sel. Jika ingin membandingkan potensial satu setengah sel dengan lainnya, haruslah mengukur potensial masing-masing terhadap suatu setengah sel ketiga sebagai pembanding.[5]
Kebanyakan sel volta yang dapat disusun berdasarkan potensial elektroda standar tidak mempunyai nilai praktis. Nilai yang nyata dari data dalam memahami dengan lebih baik mengenai semua reaksi oksidasi-reduksi dalam larutan yang tidak bergantung pada apakah reaksi itu terjadi dalam ruangan baterai, oleh kotak langsung dalam sebuah bejana di dalam laboratorium, dalam sel organisme hidup, ataupun dalam tangki besar dalam proses industri, dalam semua kasus elektron bebas digeser dan potensial standar memberikan suatu perbandingan dari kecenderungan relatif berbagai zat dalam memperoleh ataupun melepaskan elektron.[6]
Menginduksi arus agar mengalir melewati sel elektrokimia dan menghasilkan reaksi sel yang non spontan, selisih potensial yang diberikan harus melebihi potensial arus-nol sekurang-kurangnya sebesar potensial lebih sel, yaitu jumlah potensial ubin pada kedua elektroda dan penurunan ohm (I x R) yang disebabkan oleh arus yang melewati elektrolit. Potensial tambahan yang diperlukan untuk mencapai laju reaksi yang dapat terdeteksi, mungkin harus besar, jika rapatan arus pertukaran pada elektrodanya kecil, dengan alasan yang sama, sel galvani menghasilkan potensial yang lebih kecil dibandingkan pada kondisi arus-nol.[7]
Suatu elektroda dapat mudah dibuat dari salah satu logam biasa, yang diperlukan adalah membenamkan sepotong tipis logam dalam suatu larutan (dari) ion-ionnya, tapi membentuk suatu elektroda yang melibatkan unsur berbentuk gas dan ion-ionnya akan lebih sulit. Jelas orang tidak akan mampu mengambil “sepotong” gas, kemudian membenamkam dalam suatu larutan serta ion-ionnya dan menyambungkan pada kawat, sehingga dapat membuat suatu sel volta. Meskipun demikian, telah dikembangkan metode-metode untuk mencapai hal tersebut.[8]
            Sangat sulit untuk menentukan tegangan suatu elektroda secara individu, oleh karena itu, dilakukan penggabungan antara elektroda hidrogen standar (yaitu elektroda platina dalam lingkungan platina H2 dengan tekanan 1 atm dan berhubungan dengan ion H+ pada satuan aktivitas) dan elektro motive  force (e.m.f) sel diukur. Dianggap bahwa e.m.f standar dari elektroda hidrogen standar adalah nol, dengan demikian, e.m.f suatu sel sama dengan e.m.f elektroda.[9]

C.      Anodasi Aluminium
              Terdapat beberapa teknik pencegahan korosi, seperti pelapisan permukaan dengan suatu lapisan yang tidak tertembuskan, seperti cat, dapat mencegah masuknya udara lembab. Sayangnya perlindungan ini akan gagal dan menimbulkan suatu malapetaka ketika cat tersebut menimbulkan pori (berpori). Jika demikian, maka oksigen (O) dapat masuk ke dalam logam yang tersikap dan korosi tersebut akan terus berlanjut di bawah lapisan cat. Bentuk pelapisan permukaan lainnya yaitu dilakukan dengan cara galvanisasi, yaitu pelapisan benda besi dengan seng. Karena potensial elektroada seng adalah -0,76V, yang lebih negatif dari pasangan besi, maka korosi seng dipermudah secara termodinamika, sehingga besi tersebut dapat bertahan (seng tersebut bertahan karena dilingdungi oleh lapisan oksida terhidrasi). Sebagai pembanding, pelapisan dengan timah menyebabkan korosi pada besi terjadi sangat cepat, begitu permukaannya tergores dan besinya tersingkap maka korosi pun akan terjadi. Hal tersebut disebabkan pasangan timah (Eo = -0,14 eV) mengoksidasi pasangan besi (Eo = -0,44 eV).[10]
              Arus kelistrikan adalah aliran elektron lewat penghantar (suatu elektrolit), suatu kuantitas satuan kelistrikan adalah banyaknya elektron yang melewati rangkaian tersebut. Kuantitas satuan standar, suatu satuan standar internasional (SI) terturunkan. Contohnya, coulomb (C). Salah satu tujuan dari SI dasar, ampere (A), merupakan ukuran laju aliran elektron. Satu amper ialah aliran satu coulomb per detik melewati sebuah penghantar :
                                                A = C x s-1atau C = A x s
Satuan potensial listrik atau voltase adalah volt. Volt didefenisakan sebagai potensial yang diperlukan untuk menghasilkan satu joule energi listrik per detik pada arus sebesar ampere :
                                                V = J x A-1 x s-1
Karena coulomb mempunyai dimensi amper kali detik, maka :[11]
                                                V = J x C-1
D.       Aluminium
Aluminium merupakan logam ringan, kekuatan tarik relatif tinggi dan tahan korosi. Ketahanan korosi ini disebabkan adanya lapisan oksida yang terbentuk pada permukaan aluminium. Ketebalan lapisan oksida ini dapat ditingkatkan dengan proses anodizing. Anodizing merupakan proses pembentukan lapisan oksida dalam suatu sistem elektrolisa. Lapisan oksida yang dihasilkan memiliki ketahanan terhadap pengaruh perubahan cuaca. Ketebalan yang terbentuk pada proses anodizing dipengaruhi oleh konsentrasi larutan elektrolit, rapat arus, dan waktu pencelupan dalam larutan elektrolit.[12]
Korosi logam tidak terbatas hanya pada besi. Umumnya pada aluminium, yaitu logam yang digunakan untuk membuat banyak barang berguna, termasuk pesawat dan kaleng minuman. Aluminium memiliki kecenderungan jauh lebih besar untuk teroksidasi dibandingkan dengan besi. Aluminiun (Al) mempunyai potensial reduksi standar yang lebih negatif dibandingkan dengan besi (Fe).[13]

E.       Nikel
Nikel adalah logam putih yang keras dengan berat molekul 58,71. nikel bersifat liat, dapat ditempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1455oC dan bersifat magnetis. Nikel adalah logam putih yang keras dengan berat molekul 58,71. nikel bersifat liat, dapat ditempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1455oC dan bersifat magnetis. Garam– aram nikel (II) yang stabil diturunkan dari nikel (II) oksida, NiO, yang merupakan zat berwarna hijau. Garam-garam nikel yang terlarut berwarna hijau disebabkan oleh warna dari kompleks heksakuonikelat (II) [Ni(H2O)6]2+.[14]
Banyak bahan yang dapat digunakan dalam proses pelapisan logam secara elektroplating, diantaranya adalah pelapisan timah putih, seng, nikel, krom, tembaga dan aluminium. Semua bahan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pelapis karena mempunyai banyak kelebihan diantaranya selain untuk mencegah korosi, dapat juga digunakan untuk menambah keindahan.[15]
Logam nikel teroksidasi menjadi ion logam (Ni2+) yang kemudian larut dalam larutan elektrolit menggantikan ion logam Ni2+ dari NiSO4 yang terelektrolisis mejadi Ni2+ dan SO42- yang tertarik ke katoda untuk terbentuk endapan. Reaksi kimia yang terjadi seperti berikut:
                                    Oksidasi pada anoda:
                                                Ni → Ni2+ + 2e
                                    Elektrolisis ion logam:
                                    NiSO4 → Ni2+ + SO42-
                                    Penggantian ion logam pada larutan:
                                                Ni2+ + SO42-→ NiSO4
                                    Reduksi logam:
                                    Ni2+ + 2e → Ni.


[1]Oxtoby David W, Gillis dan Norman Nachtrieb. Principles Of Modern                 Chemistry. terj. Suminar Setiati Achmadi Prinsip-Prinsip Kimia Modern (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 380.
[2]S.K Dogra, Kimia Fisika dan Soal-Soal (Jakarta: UI Press, 2009), h. 511.
[3]S.K Dogra, Kimia Fisika dan Soal-Soal, h. 492.
[4]Raymond Chang, Kimia Dasar (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 114.
[5]Hadyana Aloysius, General College Chemistry (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 14.
[6]Hadyana Aloysius, General College Chemistry, h. 43-44.
[7]Atkins P.W, Kimia Fisika (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 476.
[8]Hadyana Aloysius, General College Chemistry, h.32.
[9]S.K Dogra, Kimia Fisika dan Soal-Soal, h. 517.
[10]Atkins P.W, Kimia Fisika, h. 482.
[11]Hadyana Aloysius, General College Chemistry, h. 34.
[12]Fajar Nugroho, Pengaruh Rapat Arus Dan Waktu Anodizing Terhadap Laju Korosi Pada Aluminium Paduan 2024-T3 Di Lingkungan Air Laut, Jurnal Foundry 2 No. 2 (Oktober 2012), h. 18.
[13]Raymond Chang, Kimia Dasar, h. 112.
[14]Lukman Hakim, Pengambilan Logam Ni Dalam Limbah Elektroplating Dengan Proses Koagulasi Flokulasi, Jurusan Teknik Kimia 1 No. 1 (2012), h. 2.
[15]Setyowati, Pengaruh Rapat Arus Terhadap Ketebalan Dan Struktur Kristal Lapisan Nikel Pada Tembaga, Indonesian Journal of Applied Physics, h.2.




BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal       :   Kamis / 05 Juni 2014
Pukul                     :   08.00 – 10.00 WITA
Tempat                  :   Laboratorium   Kimia  Anorganik Fakultas   Sains   dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

B.     Alat dan Bahan
           1.      Alat
   Alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu neraca analitik, pemanas listrik, voltmeter, penjepit aligator, pipet volume 10 mL, gelas kimia 250 mL, bulp, spatula, botol semprot, pinset, gunting dan lap kasar.
          2.      Bahan
        Bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu amplas, aquades (H2O), deterjen, larutan asam klorida (HCl) 2 M, larutan asam sulfat (H2SO4) 4 N, larutan besi (III) klorida (FeCl3) 0,2 M 10 mL, larutan ammonium fosfat [(NH4)2PO4] 0,2 M 10 mL, lempengan aluminium (Al), lempengan nikel (Ni) dan tissu.

C.    Prosedur Kerja
  Prosedur kerja pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut:
         1.      Anodasi Aluminium
a.       Menggunting lempengan aluminium (Al) dan nikel (Ni) menjadi persegi panjang kecil.
b.      Membersihkan kedua logam dengan menggunakan amplas.
c.       Mencuci kedua logam dengan deterjen dan air hangat kemudian mengeringkan.
d.      Menimbang kedua logam dengan menggunakan neraca analitik.
e.       Merangkai alat voltmeter lalu menjepit kedua logam dengan penjepit alligator, logam tembaga (Ni) pada katoda (+) dan logam aluminium (Al) pada anoda (-).
f.       Memasukkan larutan asam sulfat (H2SO4) 4 N ke dalam gelas kimia.
g.      Mencelupkan kedua logam yang telah dijepit dengan alligator ke dalam gelas kimia yang berisi asam sulfat (H2SO4) 4 N.
h.      Menghitung nilai potensial (E) dari pasangan kedua logam dengan proses elektrolisis.
i.        Mencuci kedua logam dengan deterjen dan air hangat kemudian mengeringkan.
j.        Menimbang kedua logam dengan menggunakan neraca analitik.
k.      Memasukkan larutan asam klorida (HCl) 2 M ke dalam gelas kimia.
l.        Mencelupkan kedua logam yang telah dijepit dengan alligator ke dalam gelas kimia yang berisi asam klorida (HCl) 2 M
m.    Menghitung nilai potensial (E) dari pasangan kedua logam melalui proses elektrolisis.
n.      Menimbang  kedua logam.
          2.      Proses Pewarnaan
a.       Mencuci kedua logam dengan deterjen dan air panas.
b.      Memasukkan larutan besi (III) klorida (FeCl3) 0,2 M sebanyak 10 mL ke dalam gelas kimia.
c.       Menambahkan larutan diammonium fosfat [(NH4)2PO4] 0,2 M sebanyak 10 mL ke dalam gelas kimia.
d.      Memasukkan kedua logam ke dalam gelas kimia yang berisi larutan FeCl3 dan (NH4)2PO4 dengan perbandingan 1:1
e.       Memanaskan larutan berisi logam aluminium (Al) dan nikel (Ni) sampai terbentuk warna pada kedua logam.
f.       Mengamati warna yang terbentuk pada kedua lempengan logam aluminium (Al) dan nikel (Ni).


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil Pengamatan
           1. Tabel Pengamatan

Ket: nilai Eo sel Al dan Ni dalam H2SO4 = 0,54
         nilai Eo sel Al dan Ni dalam HCl = 0,45

2.  Gambar
                 a. Lempengan sebelum anodasi


            b. Pembersihan lempengan Al dan Ni dengan deterjen dan pembersihan Lempengan Al dan Ni dengan H2SO4 2M


c.       Penimbangan lempengan Al dan Ni sebelum dianodasi
d.       penimbangan kedua lempengan setelah dicelupkan dengan H2SO4

e.      Penimbangan sebelum dicelupkan dengan HCl

f.     P enimbangan setelah dicelupkan HCl
g. Pengukuran potensial sel
h. Pewarnaan kedua lempengan dengan pemanasan larutan FeCl3 0,2 M dan (NH4)2PO4


3.      Reaksi

Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu:[1]





[1]Fianarti. Aluminasi pada Aluminium. http//:0342blogspot.com (2011). 

B.    Pembahasan
              Aluminium merupakan logam ringan, kekuatan tarik relatif tinggi dan tahan korosi. Ketahanan korosi ini disebabkan adanya lapisan oksida yang terbentuk pada permukaan aluminium. Lapisan-lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan secara elektrolisis pada aluminium yang merupakan proses anodasi.
              Proses anodasi pada percobaan ini menggunakan logam nikel (Ni) sebagai logam untuk melapisi dan logam aluminium (Al) sebagai logam yang akan dianodasi. Prosesnya yaitu mengamplas logam dan mencuci logam dengan menggunakan deterjen dan air hangat  yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor yang melekat pada logam yang dapat mengganggu dalam proses pelapisan logam aluminium (Al)Lempengan logam selanjutnya diangkat dengan menggunakan pinset agar lempengan tidak terkontaminasi dengan pengotor yang ada disekitarnya. Menimbang kepingan logam untuk mengetahui bobot sebelum proses anodasi, dimana berat lempengan aluminium sebelum anodasi sebesar 0,4590 gram dan pada lempengan nikel sebesar 1,8342 gram.
              Lempengan yang telah ditimbang dimasukkan kedalam larutan elektrolit yaitu larutan asam sulfat (H2SO4) 4 N. Asam sulfat (H2SO4) 4 N berfungsi sebagai larutan yang akan menghantarkan listrik dan sebagai elektrolit kuat yang akan dihubungkan dengan voltmeter. Prosesnya yaitu lempengan aluminium dan nikel dijepit dengan penjepit aligator dimana tidak boleh menyentuh larutan asam sulfat (H2SO4) 4 N dan antar lempengan karena akan mempengaruhi nilai potensial sel yang diperoleh. Nilai potensial yang diperoleh yaitu 0,54 V dimana yang mengalami oksidasi (anoda) yaitu logam Al menjadi Al3+ sedangkan yang mengalaimi reduksi (katoda) yaitu ion H+ dari asam sulfat (H2SO4) 4 N. logam yang telah dicelupkan dikeringkan dan ditimbang untuk mengetahui bobot perbandingan lempengan setelah proses elektrolisis. Hasil pengamatan diperoleh berat dari kedua lempengan mengalami peningkatan yaitu berat aluminium sebesar 0,4601 gram dan nikel sebesar 1,8344 gram, hal ini disebabkan karena lempengan terletak disebelah kiri logam hidrogen (H) dan sama-sama mengalami reduksi sehingga lempengan tersebut sama-sama memberi lapisan sehingga bobot dari lempengan sama-sama bertambah. Perlakuan yang sama untuk larutan elektrolit kuat asam klorida (HCl) 2 M, dimana hasil untuk nilai potensial sel dari asam klorida (HCl) 2 M sebesar 0,45V, hal ini disebabkan karena asam sulfat (H2SO4) 4 N lebih memiliki sifat keasaman lebih kuat dibandingkan dengan asam klorida (HCl) 2 M sedangkan pada saat penimbangan setelah anodasi, diperoleh berat aluminium yaitu 0,4557 gram dan nikel yaitu 1,8218 gram.
Perlakuan selanjutnya yaitu pewarnaan, dimana prosesnya yaitu menggunakan larutan besi (III) klorida (FeCl3) 0,2 M yang akan memberikan warna yang berbeda pada permukaan logam dan juga sebagai pengoksidasi yang direaksikan dengan amomonium posfat [(NH4)2PO4] 0,2 M sebagai zat yang memperlambat terjadinya reaksi reduksi pada Al dimana kedua larutan tersebut yang akan pemberi warna dari lempengan. Campuran larutan kemudian dipanaskan untuk menutup pori-pori pada lempengan karena lapisan oksida yang terbentuk dari logam yang dielektrolisis mengandung sedikit ion sulfat dimana masih terdapat pori-pori pada permukaan logam sehingga lapisan oksida tersebut dapat menyerap warna sesuai dengan yang diinginkan.[1] Lempengan aluminium (Al) mengalami perubahan warna dari perak menjadi kuning sedangkam lempengan nikel (Ni) berubah warna dari kuning keemasan menjadi jingga.


[1]Faradillah Dwi Arhany,  Laporan Anodasi Aluminium, http://faradillahchemistry09.blogspot.com/2012/05/laporan-anodasi-aluminium.html.



BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu cara melindungi logam aluminium yaitu dengan mempertebal lapisan oksidanya yang dilakukan dengan proses anodasi aluminium. Pada proses ini, logam aluminium (Al) ditempatkan pada posisi anoda dan logam nikel (Ni) ditempatkan pada posisi katoda dalam proses elektrolisis larutan asam sulfat (H2SO4) dan asam klorida (HCl).

B.     Saran
              Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya pada proses anodasi mengganti atau menambahkan elektrolit dengan asam kuat seperti asam asetat (CH3COOH) untuk mengetahui perbedaan energi potensial pada elektrolit asam kuat dan elektrolit asam lemah.

DAFTAR PUSTAKA

Albert, Cotton F. dan Geoffrey Wilkinson. Basic Inorganic Chemistry, terj. Sahati Suharto. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press, 1989.
Aloysius, Hadyana. General College Chemistry. Jakarta: Erlangga, 1984.
Chang, Raymond. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga, 2005.
Dogra, S.K. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Jakarta: UI Press, 2009.
Hakim, Lukman. Pengambilan Logam Ni Dalam Limbah Elektroplating Dengan Proses Koagulasi Flokulasi, Jurusan Teknik Kimia 1 No. 1 (2012), h. 2-8.
Nugroho, Fajar Pengaruh Rapat Arus Dan Waktu Anodizing Terhadap Laju Korosi Pada Aluminium Paduan 2024-T3 Di Lingkungan Air Laut, Jurnal Foundry 2 No. 2 (Oktober 2012), h. 18-25.
Oxtoby, David W, Gillis dan Norman Nachtrieb. Principles Of Modern      Chemistry. terj. Suminar Setiati Achmadi. Prinsip-Prinsip Kimia Modern.      Jakarta: Erlangga, 2001.
P.W, Atkins. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga, 1996.

Setyowati, Pengaruh Rapat Arus Terhadap Ketebalan Dan Struktur Kristal Lapisan Nikel Pada Tembaga, Indonesian Journal of Applied Physics 2 No.1 (2012), h. 1-6. 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

REDUKSI BESI(III) DENGAN CAHAYA

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERI